Pasca Teater

Guten Morgen ^^
Untuk pertama kalinya aku ngeblog dari meja makan dengan segelas susu hangat, susu hangat rasa coklat, kesukaanku!
Setelah pekan-pekan sibuk ujian dan tugas, hari ini 21 Desember, adalah hari yang benar-benar I FEEL FREEEEEEEEE!!! Inilah "I Feel Free" yang sebenarnya. Eits, sebetulnya belum juga sih, karena masih ada momen pembagian rapor yang....... ya gitu deh. But, why worry when we know how to pray?

Okay, this is the story, check it out!
Postingan ini permintaan DW loh, kurang lebih gini "ntar foto-fotonya diposting di blog dengan kata fotografer: Diky Wahyudi"
Sip sip, foto-fotonya nyusul di galeri postingan selanjutnya. Foto oleh Diky Wahyudi, sang fotografer handal nan profesional. Sehaaaa~



Dua hari lalu, 19-20 Desember, adalah hari apresiasi teater di SMA 1 Batusangkar. 19 Desemeber adalah puncak dari persiapan  satu semesterkelas XI MIPA 4, dengan nama produksi "XIANG THA PRODUCTION". Xiang Tha adalah tongkrongan yang paling rempong diantara tongkrongan produksi lainnya. Sekalipun itu rempong, aku tetap cinta!

Di H-1, untuk memperlihatkan kekompakkan anti-mainstream, sutradara Xiang Tha: Mas Fian, menginstruksikan semua anggotanya untuk mengenakan sandal jepit warna putih biru pada hari H, tanpa kecuali! Wow!
Tapi kenyataan berkata lain, pembelian sandal jepit dengan warna seragam harus melalui proses pemesanan dan butuh waktu lama. Oh nooooo. Dengan keterpaksaan, muncullah alternatif bahwa yang cewek warna putih biru dan yang cowok warna putih hijau, not bad lah :)

Kekompakkan kita tidak hanya sampai disana. Selain kaos lokal yang sengaja dipesan untuk pekan apresiasi teater ini, semua cewek wajib mengenakan kerudung berwarna hitam. Bukan main, dari luar kita terlihat kompak sekaliiiii. The Togetherneessss

Namun, dibalik kekompakkan itu, ada kerempongan yang tak tertahankan. Dari awal sebetulnya memang sudah rempong, mulai dari pembagian waktu latihan, penataan musik kostum dan ini itunya sudah menunjukkan sebuah kerempongan. Pertama, pembagian waktu latihan. Ketika jadwal telah disepakati, ternyata banyak yang melanggar kesepakatan, memang sebagian besarnya adalah pelanggaran karena keterpaksaan, tapi kan tetap saja "pelanggaran". Berhubung aktor utama kami adalah skuat Smansa, dan sutradara kami juga kipernya Smansa, alhasil jadwal latihan teater dempet dengan jadwal latihan mereka. Ya sudah lah, demi nama sekolah kata mereka. Tapaso basaba....

Memang, dalam garapan teater seperti ini, seperti yang dikatakan pembina terhebat kami, Bapak Santa Alriko: "Garapan ini bak urang mananak nasi: kayu basilang, api iduik, nasi masak". Memang betul, terjadi selisih paham, perbedaan pendapat, perdebatan dan pertengkaran yang kekanak-kanakan. Namun setelahnya terangkatlah sebuah mahakarya yang menakjubkan, belum tentu orang sebaya kami di sekolah lain mampu menggarap sebuah pementasan teater dengan mengundang orang luar. Xiang Tha Priduction mempersembahkan: TERSIRAT.


bersambung.....


Comments

Popular posts from this blog

Lirik Lagu "Odoru Pompokorin" (Maruko Chan)

Rembulan dalam Cappuccino

Analisis Puisi