Pemuda dan Bangsa
Pemuda adalah komponen masyarakat yang paling energik dan kuat untuk melakukan perubahan yang lebih baik demi bangsanya. Menarik dicermati, jika kehebatan pemuda ini dikaitkan dengan upaya pembangunan ekonomi dan politik di Indonesia. Pemuda lah yang diharapkan untuk mampu meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat indonesia. Logikanya, jika pemudanya mampu menaikkan derajat kesejahteraannya dan mampu berlaku jujur, maka sangat jelas, bangsa ini pun akan benar-benar merdeka.
Dalam posisi sebagai pemuda yang sedang beranjak dewasa, dipundaknya tergantung sejuta asa demi eksistensi sebuah bangsa. Pemuda sering digambarkan dengan ikon bunga bangsa yang sedang mekar dan bunga yang menjadi harapan bangsa.
Sekarang, setelah 68 tahun kemerdekaan Indonesia, timbul pertanyaan mendasar. Masihkah para pemuda Indonesia berjuang untuk bangsanya?? Pertanyaan naif ini pun muncul untuk membandingkan realita zaman yang ternyata sekarang sudah sangat berubah. Tidak ada lagi penjajah asing yang mencengkeram kemerdekaan berkehidupan berbangsa dan bernegara. Terlebih lagi, kini ditandai pula dengan majunya teknologi dan globalisasi. Oleh karena itu, perlu ada ukuran lain untuk mengetahui seberapa besar kontribusi perjuangan pemuda pada bangsanya di era sekarang ini.
Namun pada kenyataannya, masih menjadi fakta yang miris bahwa para pemuda Indonesia belum mampu berkontribusi besar dalam pembangunan ekonomi dan politik. Tingkat pengangguran kaum pemuda masih sangat tinggi. Jumlah pengangguran yang banyak, serta merosotnya moralitas para pemuda kita, menjadi cerminan bahwa pemuda belum lah menjadi penggerak majunya ekonomi dan politik bangsa.
Hal tersebut tidak akan terjadi jika pemuda dan masyarakat saat ini mampunyai jiwa Nasionalisme serta rasa cinta terhadap tanah air yang tinggi. Hal ironis seperti itu juga tidak akan terjadi jika kita ingat para pejuang Indonesia yang berdarah-darah dan mengorbankan jiwa dan raga merebut kemerdekaan dari tangan penjajah Belanda dan Jepang, hingga negeri ini berdiri tegak dan kokoh sekarang ini. Disinilah fungsimengenal sejarah sebagai penguat dan penggugah jiwa nasionalisme ditengah lunturnya semangat tersebut saat ini.
Oleh karena itu, pemuda Indonesia harus bangkit. Momentum kemerdekaan tahun ini harus dimanfaatkan sebagai perangsang timbulnya jiwa nasionalisme, dalam mewujudkan kondisi ekonomi dan politik kerakyatan, yang berkeadilan dan pro-terhadap rakyat. Semua itu agar pemuda mampu menjadi tulang punggung ekonomi dan politik bangsa.
Nasionalisme menjadi isu yang familiar sekaligus isu paling asing bagi generasi muda Indonesia dewasa ini. Bagaimana tidak, globalisasi yang membawa ideologi pragmatisme, hedonisme, liberalisme, dan kapitalisme secara continue telah mendoktrin pemikiran masyarakat Indonesia melalui berbagai aspek kehidupan. Sehingga seiring berjalannya waktu rasa bangga dan cinta pada negerinya sendiri semakin hilang, digantikan pada kehidupan yang berkiblat dan berorientasi pada dunia barat. Kondisi ini diperparah dengan sistem pendidikan Indonesia yang mengutamakan aspek kognitif. Hal ini membuat murid-murid yang menempuh pendidikan formal cenderung berorientasi pada nilai ujian. Akibatnya pemaknaan terhadap aspek-aspek wawasan kebangsaan, sejarah, dan budaya yang seharusnya dapat membangun jiwa nasionalisme justru menjadi kabur dan tidak efektif.
Sesungguhnya memaknai nasionalisme juga tidak dapat dilihat dari satu sudut pandang semata. Karena pada dasarnya nasionalisme adalah kesetiaan tertinggi seorang warga negara terhadap bangsa dan negaranya. Wujud kesetiaan tersebut bermacam-macam, tetapi jika kita berbicara tentang masalah ekonomi dan politik, kaum pemuda diharapkan mampu memberikan solusi dan sumbangsih yang nyata terhadap kondisi perekonomian serta sistem politik kita yang cenderung liberal dan masih didekte oleh barat. Saat ini kita masih terbelenggu dalam bingkai neo kolonialisme dan imperealisme. Sehingga cita-cita kita dulu untuk menjadi negara yang berdikari menjadi sirna.
Salah satu upaya terbaik yang harus ditempuh untuk menggugah jiwa nasionalisme tersebut adalah dengan menggunakan pendekatan nilai-nilai sejarah melalui pembelajaran sejarah disekolah, forum-forum diskusi, mimbar mahasiswa dan meningkatkan budaya baca dikalangan kaum muda.
Gerakan pemuda sebagai gerakan civil society, akan terus menempatkan pemuda pada posisi pelatuk sekaligus pengawal perubahan. Semangat inilah semestinya terus terjaga dalam setiap gerakan kepemudaan. Independensi sebagai pilihan semangat gerakan pemuda dan kemandirian sebagai jiwanya, tidak boleh luntur dalam diri setiap gerakan pemuda.
Posisi pemuda yang sangat strategis dalam pembangunan ekonomi dan politik, lebih jauh harus diturunkan dalam bentuk lebih nyata. Seperti sifat, “primordialnya” (lahiriahnya) pemuda yang pada puncak mobilitas gerakan paling tinggi. Peran politik para pemuda dalam hal ini, bukan hanya diam atau cuma ikut serta partai dalam mencari kekuasaan serta memobilitas massa saja. Tetapi harus mengintegrasikan elemen masyarakat daerah dalam pembangunan juga menjadi pilihan yang seharusnya mampu dilakukan dengan baik. Pola gerakan yang memadukan antara mobilisasi kepentingan masyarakat kedalam kebijakan pembangunan daerah (pendampingan/pemberdayaan) politik masyarakat lokal, dan Kontrol sekaligus peningkatan kapasitas aparat pemerintah daerah, tidak mustahil untuk menjadi pilihan gerakan pemuda pada tingkat lokalitas.
Sedangkan peran pemuda dalam konteks perekonomian sekarang, menciptakan lapangan kerja secara mandiri dengan berwirausaha merupakan langkah tepat pemuda berjuang demi bangsanya. Pemuda harus terdorong bahwa upaya ini akan dapat menciptakan kemandirian ekonomi Indonesia.
Nasionalisme dengan menggunakan produk-produk dalam negeri terlihat sepele, tetapi kenyataannya begitu sulit diterapkan. Penggunaan produk dalam negeri memang bukan satu-satunya indikator untuk menilai seseorang apakah ia benar-benar nasionalis atau tidak. Tetapi setidaknya kecintaan seseorang terhadap produk-produk dalam negeri dapat merepresentasikan seberapa besar tingkat loyalitas dan tingkat kepedulian terhadap bangsa dan negara. Karena sesungguhnya dengan menggunakan produk-produk dalam negeri berarti ia berpartisipasi untuk menumbuh kembangkan produktivitas negara.
Kesadaran menggunakan produk dalam negeri sangat penting, mengingat kesadaran tersebut menggambarkan suatu bentuk keinginan untuk tidak bergantung kepada pihak luar dan mampu berdiri di kaki sendiri. Semangat tersebut sebenarnya sudah tumbuh sejak zaman orde lama. Pada saat itu Bung Karno merupakan salah satu tokoh yang fokal menyuarakan untuk sebisa mungkin menggali potensi-potensi lokal Indonesia dan mengurangi ketergantungan terhadap bangsa lain meskipun pada saat itu Indonesia baru saja merdeka.
Dari yang telah dipaparkan diatas. Penulis berusaha untk memberikan sebuah solusi dalam rangka memperbaiki dan mempertahankan bangsa ini. Untuk menghadapi itu semua, perlunya menggugah jiwa nasionalisme pemuda yang menjadi ujung tombak dari estafet perjuangan bangsa ini, untuk mewujudkan kondisi ekonomi dan politik kerakyatan di negara kita.
Saya mencoba mengutip perkataan Bung Karno: “Beri aku 1000 orang, dan dengan mereka aku akan menggerakkan gunung semeru. Beri aku 10 pemuda yang membara cintanya kepada tanah air(berkarakter), dan aku akan mengguncang dunia”.
Akhirnya, pemuda harus menyadari bahwa, harapan dan cita-cita kemerdekaan akan kedaulatan sepenuhnya untuk rakyat, dengan semangat demokrasi oleh dan untuk rakyat, di era sistem ekonomi dan politik yang masih carut-marut ini, berada dipundak para pemuda.
Comments
Post a Comment